Wednesday, March 28, 2012

Wanitaku cemburu dengan Tuhanku

Ketika lo melakukan hal terbaik yang pernah lo lakuin tapi lo tetap seperti itu, ga berubah, beranjak bahkan sekedar merangkak pun sama sekali ga. Lo menyalahkan keadaan, malah lebih jauh lo menyalahkan Tuhan.

Hmm ada satu ungkapan populer dikalangan manusia. “Tuhan menetap kan dan Tuhan tidak adil dengan ketetapanNya”.
Mungkin di satu sisi lo merasa kecukupan, puas dengan hidup yang telah ditetap sang pencipta. Namun di sisi lain ada sebagian manusia bersumpah serapah menyesali hidup yang selalu membuatnya terpojok.
Gw jadi ingat ketika gw masuk kelas theologi, waktu itu pelajaran yang kami pelajari adalah theologi ilmu mantiq.  You know mantiq itu apa? Hmm mantiq itu artinya logis, atau kalo gw katakan bahwa mantiq itu adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia berfikir logis dan fleksibel. Ya, Di dalam ilmu mantiq yang gw pelajari waktu itu, manusia terdefinisi sebagai hewan yang berbicara, al insaan hayawanun nathiq (manusia adalah hewan yang nathiq atau berbicara)
Sebagian lo mungkin mengerenyitkan dahi, masa iya manusia terdefinisi hewan. Iya sih, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling keren, apalagi yang nulis postingan ini asli keren banget *N nya diilangin jadi kere banget*
Whatever, terlepas apakah manusia terdefinisi sebagai hewan yang berbicara atau tidak, pada kenyataannya Tuhan telah menetapkan manusia sebagai pemimpin di muka bumi. Pemimpin yang dalam bahasa arab berarti khalifah adalah bukti betapa manusia tidak terbatas kepada kemampuannya berbicara saja, namun jauh lebih dari itu dituntut untuk menjadi penggerak, pendorong yang tertuang dalam definisi pemimpin.
Well, pembahasan gw barusan sedikit berbau religious yah, ga berbau mistik apalagi berbau menyan *asli gw ga tau knp menyan gw bawa-bawa*
Gw adalah gw, gw bisa berbicara, bercita2 menjadi pemimpin. Karena cita-cita gw seperti itu, otomatis gw ga boleh bodoh, dan karena ga boleh bodoh pastinya gw harus manfaatin otak gw untuk berakal.
Hmm mari lupakan pembahasan diatas mengenai manusia yang katanya hewan berbicara. Apapun itu gw yakin lo semua ga pengen disebut hewan kan hah *minum dulu*
Eniwey, ini tentang gw dia dan Tuhan gw. Dia siapa? dia wanita gw, cewek imut kelebihan manja. Sejak ketemu gw dia tetap dengan kemanjaannya, dan sejak ketemu gw juga, dia mau lebih giat berTuhan lagi, katanya J
Gw mungkin kurang begitu paham bahwa kemanjaan seorang wanita adalah balutan yang di beri Tuhan agar ia terus memikat untuk di damba. Namun gw tau kalau hubungan wanitanya seorang lelaki denganTuhan adalah hubungan suci antara hamba dan sang pencipta dan itu murni tanpa ada balutan manja.
Rabeah al adaweyah adalah satu contoh betapa hubungan suci dengan Tuhan tidak mutlak didominasi lelaki yang sebagian besar tak tau bermanja-manja. Bisa gw katakan Rabeah al Adaweyah adalah contoh konkrit bahwa wanita bisa lebih haus berTuhan dibanding laki-laki.  
Yah,  wanita gw bukan Rabeah al Adaweyah. Wanita gw manja ga seperti Rabeah, namun dengan kemanjaannya pula pernah berjanji akan mentaati Tuhan layakanya Rabeah al Adaweah.
Tapi ga seperti alur cerita yang gw harap, perjalanan waktu mungkin membuat wanita gw jenuh dengan berTuhan. Seperti ada yang salah bukannya ketika hamba semakin sering berTuhan semakin dia keranjingan? Bukan jenuh kan?
Memang benar adalah tangungan lelaki kepada wanitanya agar wanitanya mau berTuhan. Namun berTuhannya sang wanita karena seorang lelaki bukan murni karena Tuhan adalah bukan sebuah keidealan dalam berTuhan, gw kah itu wanita gw kah itu, lo atau wanita lo yang baca tulisan ini.
Ada baiknya berTuhannya seorang wanita bukan karena lelakinya, tapi murni karena Tuhan memang merupakan tujuan hidup melebihi lelakinya.
Sampai akhirnya gw bersama dengan wanita gw sampai detik ini, gw tetap memuja dia. Tanpa melupakan Tuhan gw. Gw membagi waktu gw, siang gw bersama wanita gw, dan malam gw bersama Tuhan gw. 
Sekilas semua kebagian jatah untuk bersama gw. Ternyata ga sepeti yang gw kilas.
Seperti akhir –akhir ini, intensitas kebersamaan gw dengan wanita gw, membuat hati gw seperti membisik bahwaTuhan gw cemburu dengan wanita gw. Entah gw sadar atau tidak gw mencoba menhubungi Tuhan gw, melalui perantara maghrib dan isya gw bercengkrama dengan Dia. Nikmatnya cengkama membuat gw lupa ada satu hati yang terlupakan. Oh wanita gw menggerutu, nungguin gw yang hampir 2 jam mencegkramaTuhan.
Wanita gw cembru? Hmm wanita gw emang ga bilang kalo dia lagi cemburu, tapi silat lidahnya yang mengatakan gw masih terlalu muda untuk menyibukkan diri dengan Tuhan adalah fakta kalo dia sedang cemburu dengan Dia.
Wanita gw manja, gw care banget ma dia. Gw tiap hari berTuhan hanya ingin menunjukkan tujuan manusia hidup memang untuk Tuhan. Gw pengen dia belajar agar dia tidak berTuhan karena gw.
Jadi semestinya dia ga usah cemburu.