Sunday, April 29, 2012

Berulang itu namanya sengaja

“Jika tembok putih dibilang merah terus menerus, maka lama-lama orang akan mengatakan bahwa tembok itu berwarna merah”.

Ungkapan di atas adalah ungkapan populer yang sering dilontarkan Joseph Goebbels. Seorang propagandis bertangan dingin pada masa perang dunia kedua. Goebbels adalah kawan sekaligus tangan kanan Adolf Hitler sang tokoh megalomania yang pernah berambisi menguasai Eropa bahkan dunia.
Well, unzur ma qaala wa laa tanzur man qaala (lihat apa yang dikatakannya, jangan lihat siapa yang mengatakannya)
Ya, mari melihat apa yang dikata Goebbels jangan melihat siapa dan dari mana asal usul Goebbels. Goebbels dengan segala kontroversi yang melekat pada dirinya membuat gw manggut-manggut dengan istilah tembok putihnya. Memang benar yang dikata Goebbels sesuatu yang terus mengalami pengulangan cepat atau lambat akan terjadi satu perubahan. Bukankah batu cadas yang terus ditetesi air juga akan bocor, hanya masalah waktu saja kapan batu tersebut akan tertembus air.
Seperti keadaan gw sekarang dengan tas ransel di punggung gw. Setelah lima hari gw nginap di rumah Waris gw mulai jenuh dengan siklus kehidupan yang bentar lagi gw bakal jadi anak kost seperti Waris. U know hampir duaminggu gw diJogja gw belom dapat kostan yang pas, sembari mencari tempat tinggal gw nantinya sementara gw numpang tidur dirumah boncu atau Waris, atau kadang juga gw bareng Yusri yah pokonya selama tempatnya ga membentuk jenuh gw pasti disitu,
Gw belom makan ketika tulisan ini gw buat, bukannya ga ada makanan atau apa? Tapi karena budget untuk makan gw udah habis ga bersisa, duaminggu disini gw boros banget, sekali makan gw pasti sok berduit neraktir teman2. Prinsip gw satu bahwa rejeki pasti ga kemana, apa yang ada pada gw gw bagi juga ma teman2 gw. Hasilnya yah seperti ini, budget yang harusnya bisa buat bertahan beberapa hari lagi habis sebelum hari yang semestinya.
Joeph Goebbels mungkin benar dengan ungkapannya. Dan itu gw imani berdasar keadaan gw yang sekarang. Emang keadaan lo sekarang kenapa Jazz?
Hah gw lagi mencoba ga percaya dengan segala bentuk perhatian dan sok care manusia ke gw. Sama seperti teori tembok putih Goebbels perhatian orang ke gw coba gw tepis dengan mengatakan jika berulang2 peratian itu gw anggap biasa maka semua akan biasa-biasa saja.
Bukan ngeles atau apa, tapi perhatian tulus itu sangat jelas perbedannya dengan sok perhatian. Itu yang gw katakan ke Waris ketika dia cerita tentang mantan istrinya dia. Yoi men, di umur Waris yang sebiji jagung dia mutusin untuk nikah muda, perjalanan cintanya ga mulus alias kandas ditengah jalan karena sang istri kedapatan mel*sensor* dengan laki-laki lain. Pendeknya waktu dan terkesan menyesal sang mantan istri minta maaf, minta balik dan berkata mari lupakan semua kita mulai lagi. Hampir setiap hari waris dapat perhatian. Perhatian yang berbentuk ungkapan kamu sudah makan atau jaga kesehatan dari sang istri sangat lucu di telinga gw.
Mendengar pemaparan Waris, kata gw jangan “Jangan bro istri lo kedapatan selingkuh dalam pelukan laki-laki lain lo masih mikir untuk terima dia balik, kalo gw mending jilat tanah yang ada tai anjingnya dari pada balik ke mantan istri yang sudah tidur dengan laki-laki lain”.
Gw tau Waris masih sayang sama mantan istrinya dan gw tau kalo gw ga punya hak untuk larang Waris nerima istrinya kembali. Tapi yang lebih gw tau lagi bahwa sesuatu yang terindikasi berulang-ulang maka lama-lama itu adalah bentuk asli pengulangan tersebut. Seperti teori Goebbels tentang tembok putih yang lama-lama orang akan berkata merah, itu karena seringnya terulang. Selingkuh mantan istri Waris bukan sekali tapi berulang, bukankah itu mengejewantahkan bahwa dia tidak bisa dibilang putih lagi tapi merah lebih jauh dia itu hitam kalo menurut gw.
Haha gw ketawa lebar dalam hati kok gw ngelarang Waris inikan urusan rumah tangga dia *masuk insert dah gw* #:-s
Eniwei apakah Waris mau ngedengarin gw apa ga, yang terpenting bahwa siklus kehidupan gw jagan berulang ke itu-itu aja. Semalam gw dengan tas ransel gw sedang nunggu bis menuju Kediri. Ke Kediri lo ngapain Jazz? ga ngapa-ngapain cuma ingin merubah siklus kok biar teori Goebbels ga kena ke gw. Lagian ketemu teman lama, di Kediri kan banyak teman gw !!
Tapi semalam niat gw merubah siklus sepertinya terbantah. Gw ga jadi berangkat karena bis ke Kediri ga ada rutenya yang ada cuma ke Jombang. Dari jombang terus sambung lagi ke Kediri nantinya.
Gw ulang Jogja – Kediri = ga ada rute ….. yang ada Jogaja – Jombang   
Gw adalah contoh manusia yang ga suka ribet. Awalnya dengan tas ransel yang sudah tergendong gw ga bakal ribet melakukan perjalanan malam tadi, tapi tau kalo prosesnya seperti itu mending gw cari cara yang lebih simple aja deh. Eits tapi jangan anggap teori Goebbels kena ke gw yah haha
Well done !!
Kejadian yang berulang-ulang bisa membuat pelakon kejadian itu menjadi jenuh bahkan bosan. Terjadi sekali mungkin kebetulan, kedua kali kesalahan, ketiga kali dan seterusnya adalah betul-betul kesengajaan. Mungkin gw lo atau semua manusia di bumi ini pernah melakukan kebenaran juga kesalahan yang berulang-berulang. Dan gw yakin lo juga merasa bosan kalo siklus kelakuan lo itu hanya itu-itu saja.